Kesenian Tradisi Aceh yang menggunakan Vokal
                                                                                                           
                                                                                                Nama : Deddy Mulia
                                                                                                NIM   : 0150114
                                                                                                Prodi  : Karawitan
                                                                                                ISBI Aceh

1.      Seudati
a.       Ciri-ciri :
Kesenian tari Seudati berasal dari Aceh Besar memiliki cirri khas yaitu penarinya terdiri dari 8 orang dan semua laki-laki. Vokal utama yang menyanyikan syair lagu disebut Syech. Dan ada yang menjadi vokal pembantu yang disebut Aneuk Syahi. Syair lagu Seudati bertema syiar agama, pesan, nasehat dan hiburan. Vokal Seudati bebas karena tidak ada patokan nada dari alat musik. Jadi tergantung dari nada awal seorang syech menyanyikan syairnya, lalu diikuti oleh semua penari lain. Ada gerakan melingkar, ada gerakan seperti ayam yang akan di adu, dan lain-lain.
b.      Kegunaan :
Seudati diciptakan pada awalnya untuk memajukan penyiaran agama Islam di Aceh melalui kesenian. Penari Seudati semua laki-laki karena dalam Islam tidak dibenarkan wanita berkesenian  bercampur dengan laki-laki. Tetapi didalam perkembangan tarian dan seni lainnya di Aceh, sudah banyak ditemukan penampilan kesenian yang menggabungkan antara laki-laki dan wanita. Pada masa sekarang Seudati juga digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dari pemerintah,partai politik, sponsor acara, dan lain-lain.

2.      Mop-mop
a.       Ciri-ciri :
Kesenian Mop-mop yang berasal dari Aceh Utara ini menggunakan alat musik biola yang di tuning tidak standart, rapa’i, dan geundrang. Lalu ada dua orang penari laki-laki sebagai penari dan pelantun syair-syair nasehat serta syair-syair komedi. Salah satu penari berdandan seperti wanita. Biasanya kesenian Mop-mop ini bercerita tentang masalah-masalah di dalam rumah tangga. Nada vokal biasanya disesuaikan dengan alunan nada biola.
b.      Kegunaan :
Pada kesenian Mop-mop ini inti penampilannya adalah untuk hiburan, karena mengedepankan syair-syait yang konyol dan lucu. Tetapi juga menyampaikan nasehat-nasehat untuk berbuat kebaikan, menjaga keutuhan keluarga, dan lain-lain.

3.      Dalupa
a.       Ciri-ciri :
Kesenian ini berasal dari Aceh Barat yang di ciptakan untuk mengekspresikan kehidupan alam gaib di dalam hutan Aceh Barat. Ada penampilan seorang penari memakai kostum dari ijok ( serat pada pohon enau berwarna hitam, yang biasa dipakai untuk membuat sapu ), melambangkan makhluk halus yang mengganggu manusia. Syair lagu Dalupa merupakan doa-doa, zikir, dan permohonan perlindungan.
b.      Kegunaan :
Kesenian Dalupa di ciptakan untuk menunjukkan bahwa manusia harus selalu memohon perlindungan dari Tuhan YME. Gangguan-gangguan dari makhluk halus menjadi cobaan untuk iman manusia.

4.      Rapa’i Geleng
a.       Ciri-ciri ;
Kesenian Rapa’i Geleng berasal dari Aceh Selatan, tepatnya di Manggeng. Awal terciptanya kesenian ini bermula dari kebiasaan seorang muslim berdoa setelah selesai shalat. Ada gerakan yang tercipta ketika seseorang mulai khusuk dalam melantunkan doa-doa. Lalu dari gerakan berzikir secara bersama muncul ide menciptakan tarian ini. Syair lagu Rapa’i Geleng juga berisikan puji-pujian kepada Allah SWT serta Baginda Rasullah SAW.
b.      Kegunaan :
Kesenian Rapa’i Geleng bertujuan untuk mengembangkan agama Islam di Aceh serta menjadikan kesenian ini sebagai alat untuk mengajak seluruh masyarakat untuk tetap memegang teguh keimanan kepada agama Islam.

5.      Seumapa
a.       Ciri-ciri :
Seumapa berasal dari Aceh Besar yang merupakan lantunan pantun yang berbalas antara dua orang. Biasanya didalam masyarakat Aceh Seumapa sering digunakan disaat mengantar pengantin pria atau wanita. Isi syair Seumapa adalah salam hormat kepada kedua belah pihak yang menikah, pesan-pesan untuk mempelai, memohon penerimaan mempelai oleh pihak yang mengantar, dan sebagainya.
b.      Kegunaan :
Adapun kegunaan Seumapa ialah sebuah bentuk rasa hormat dan santun dalam prosesi mengantar mempelai. Dan ada juga sebagai bentuk penghormatan untuk pejabat pemerintahan jika Seumapa di tampilkan pada sebuah acara resmi pemerintahan.

6.      Hiem
a.       Ciri-ciri :
Kesenian Hiem adalah kesenian dalam menjawab apa yang ditanyakan oleh pembawa Hiem, yang pertanyaannya di lantunkan dalam bentuk hikayat atau Chae. Pendengar harus bisa menebak jawaban dari Hiem yang dilontarkan oleh yang bertanya.
b.      Kegunaan :
Hiem bertujuan untuk menghibur masyarakat dan mengasah otak. Karena Hiem ini sama seperti teka-teki.
  
7.      Dalaee
a.       Ciri-ciri :
Kesenian Dalaee ini sebenarnya adalah zikir yang di lantunkan secara beramai-ramai. Jumlah orangnya tidak terbatas. Biasanya pola duduknya melingkar atau berhadapan. Isi syair yang dilantunkan adalah puji-pujian kepada Alllah SWT dan salawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
b.      Kegunaan :
Dalaee sama seperti berzikir,karena pada awalnya diciptakan untuk proses mendekatkan diri kepada Allah SWT secara bersama-sama. Serta dilantunkan dengan suara keras, diikuti dengan gerakan badan kekanan dan kekiri.

8.      Tari Saman  
a.       Ciri-ciri :
Kesenian tari Saman berasal dari dataran tinggi Gayo, yang semua penarinya laki-laki. Sama seperti Seudati, hanya saja Saman ditampilkan secara duduk. Ada gerakan badan, tangan dan kepala. Dan ada Syech utama yang melantunkan syair-syair lagunya. Syair lagu berisikan syiar agama Islam, nasehat, rasa hormat kepada orang tua, alim ulama dan guru.
b.      Kegunaan :
Pada awalnya Saman adalah alat menyebarluaskan agama Islam di Gayo, lalu berkembang menjadi media hiburan karena gerakan tarinya yang enerjik dan indah. Dan akhirnya UNESCO menjadikan Saman sebagai Warisan tak benda dunia pada tahun 2010.

9.      Sebuku dan Pepongoten
a.       Ciri-ciri
Sebuku dan Pepongoten juga berasal dari Gayo yang merupakan kesenian yang dibawakan oleh wanita ketika telah menjadi seorang pengantin dan akan meninggalkan rumah orang tuanya. Bentuk vokal Sebuku yang terlihat jelas adalah adanya isak tangis dari pelantun Sebuku di sela-sela syair yang di lantunkan. Sebuku dilantunkan oleh orangtua si anak yang berisikan nasehat-nasehat, sedangkan Pepongoten dilantukan oleh si anak ketika akan pergi dari rumah orang tuanya.
b.      Kegunaan :
Kesenian Sebuku dan Pepongoten adalah sebuah kesenian yang dalam syairnya sarat dengan doa dan permintaan maaf kepada orang-orang yang disayangi. Pada masa dahulu setiap wanita Gayo harus bisa melantunkan syair Sebuku dan Pepongoten, tetapi sekarang sudah sangat jarang wanita-wanita Gayo yang mau belajar melantunkan Sebuku dan Pepongoten.

10.  Talempong
a.       Ciri-ciri :
Kesenian ini berasal dari Aceh Timur tetapi sangat disayangkan sudah bisa dikatakan punah karena tidak ada lagi ditemukan penampilan Talempong di daerah asalnya. Talempong ini adalah seni tutur yang khusus dibawakan oleh wanita, yang isinya hampir sama dengan Sebuku. Dan diringi dengan memukul 7 bilah kayu yang disusun dikaki pelantun syair lagunya, dimainkan didepan pintu rumah. Alat musik Talempong ini hampir sama seperti bentuk alat musik Kolintang dari Sulawesi.
b.      Kegunaan :
Kesenian ini bertujuan sebagai pengiring dan doa disaat seorang wanita akan meninggalkan rumah orangtuanya karena telah menikah dan menjadi istri dari orang lain. Biasanya pelantun Talempong ini adalah sang ibu dari wanita yang menikah.

11.  Tari Likok Pulo
a.       Ciri-ciri :
Tari Likok Pulo adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari Aceh, Indonesia. "Likok" berarti gerak tari, sementara "Pulo" berarti pulau. Pulo di sini merujuk pada sebuah pulau kecil di ujung utara Pulau Sumatera yang juga disebut Pulau Breuh, atau Pulau Beras.
Seorang pemain utama yang disebut cèh berada di tengah-tengah pemain. Dua orang penabuh rapa'i berada di belakang atau sisi kiri dan kanan pemain. Sedangkan gerak tari hanya memfungsikan anggota tubuh bagian atas, badan, tangan, dan kepala. Gerakan tari pada prinsipnya ialah gerakan oleh tubuh, keterampilan, keseragaman atau kesetaraan dengan memfungsikan tangan sama-sama ke depan, ke samping kiri atau kanan, ke atas, dan melingkar dari depan ke belakang, dengan tempo mula lambat hingga cepat.
b.      Kegunaan :
Tarian ini lahir sekitar tahun 1849, diciptakan oleh seorang ulama tua berasal dari Arab yang hanyut di laut dan terdampar di Pulo Aceh. Tari ini diadakan sesudah menanam padi atau sesudah panen padi, biasanya pertunjukan dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian dipertandingkan dapat berjalan semalam suntuk sampai pagi. Tarian dimainkan dengan posisi duduk bersimpuh, berbanjar, atau bahu membahu. Bertujuan untuk menyiarkan agama Islam secara damai memalui kesenian yang sangat diterima oleh masyarakat.

12.  Tari Pho
a.       Ciri-ciri :
Tarian Pho ini berasal dari Aceh Barat, yang berasal dari kata peubae, jika diartikan dalam bahasa Aceh seperti sebutan penghormatan. Seorang ibu yang sangat berduka sambil menari-nari untuk mengekspresikan kesedihannya dan lahirlah tari Pho.
b.      Kegunaan :
Tarian ini dibawakan oleh perempuan, zaman dulu tarian ini ditarikan sebagai simbolin bahwa orang tersebut sedang bersedih hati atau berduka cita. Namun setelah masuknya agama Islam di Aceh, tarian ini menjadi kesenian rakyat saja. Ada syair lagu yang di bawakan dengan penuh kesedihan dan meratap.

13.  Tari Bines
a.       Ciri-ciri :
Tarian ini berasal dari Kabupaten Gayo Lues. Biasanya ditarikan oleh sekelompok perempuan. Jumlah penari Bines diharuskan berjumlah genap, entah 10, 12 atau berapapun (tidak ada ketentuan jumlah). Ciri khas dari tarian ini ditarikan dari gerakan lambat sampai gerakan cepat hingga akhirnya berhenti serentak. Hampir mirip dengan tarian saman. Disebutnya saja, bagian dari tari saman.
b.      Kegunaan :
Tarian ini adalah pengantar sepasang mempelai menuju rumah tempat diadakan pesta pernikahan. Dan ada yang unik dari tarian Bines ini yaitu bila ingin memberikan uang pada penari, penonton harus menyimpan uangnya di atas kepala penari. Uang itu dianggap sebagai ganti bunga yang diberikan dari penari (biasanya ada di akhir acara).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Kritik Seni Lagu Iwan Fals

Makalah tentang Geundrang Aceh